Selasa, 27 September 2011

Sekolah Mahal, Perempuan Tertinggal

Bersama dengan isu pelayanan kesehatan, pendidikan murah bagi semua orang selalu menjadi isu politik yang menarik. Sekolah gratis bahkan telah menjadi tolok ukur popularitas para pejabat politik.Tak heran bila iklan mengenai topik itu sering ditayangkan menjelang masa kampanye.

Tapi benarkah ada yang gratis?. Mungkin hanya di negeri antah berantah saja kondisi itu sungguh-sungguh terjadi. Atas dasar kesepakatan komite sekolah misalnya, sekolah-sekolah berstatus negeri, tetap saja menarik pungutan bagi para siswa. Dengan jargon sumbangan sukarela yang sulit ditolak oleh para orang tua sumbangan menjadi legal dan halal meski bertentangan dengan iklan pemerintah.

Situasi itu diperburuk oleh kecenderungan oknum guru untuk menjadikan sekolah sebagai lahan bisnis. Pernyataan bahwa buku paket sudah disediakan oleh pihak sekolah misalnya, tidak berarti para siswa tidak “wajib” membeli buku. Sebab, selain buku yang disediakan oleh sekolah, para guru pun menggunakan buku lain dalam memberikan pelajaran yang diam-diam membuat para siswa merasa harus membeli buku tersebut.

Carut marut dunia pendidikan itu membuat kesenjangan kesempatan dan kualitas pendidikan menjadi kian terasa. Meski angka-angka putus sekolah selalu diklaim cenderung menurun, namun diperlukan penelisikan lebih jauh mengenai fakta tersebut.

Terutama pada sisi kualitas para siswanya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kebocoran soal ujian dan EBTANAS selalu mewarnai perjalanan para siswa menempuh jenjang pendidikan. Bagi para perempuan, situasinya menjadi lebih buruk lagi.

Karena mahalnya biaya pendidikan di tengah situasi diskriminasi gender yang masih mereka alami, membuat kesempatan menempuh pendidikan menjadi lebih berat. Bila beban ekonomi menjadi lebih berat, maka perempuanlah yang diminta berkorban untuk tidak melanjutkan sekolah. Konsekuensinya, perempuan menjadi lebih tertinggal daripada kaum laki-laki di berbagai bidang.

Pada edisi ke 3 majalah ini, kami menyajikan ulasan mengenai masalah-masalah tersebut dilengkapi dengan liputan khusus mengenai pendidikan alternatif. Ada juga serangkaian opini yang menyajikan analisa dan solusi yang tersedia untuk memecahkan masalah tersebut. Tentu saja disertai harapan akan menjadi pemicu diskusi yang lebih serius.

Untuk dowload full majalah ini klik : disini

Selamat membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar